Rabu, 24 Agustus 2011

Bebek

Dia memang lucu dan menggemaskan,
dia juga tertib berbaris. Saat mentari menyapa pagi, dia dan bergerombol bebek yang lain keluar dari istana dg ceria. Tapi sayang dia hanya gemar mengikuti yg di depan, tanpa tau siapa yg mengarahkan, dan hendak diapakan dirinya. Begitulah hidup di negri bebek, negri yang sangat kaya alamnya. Negri yang gemar megikut tanpa mencipta. Selalu mengikut tanpa tujuan jelas, yang penting bisa bersama. Tanpa punya prinsip yang jelas, yang penting bisa gaya.. Sampai saat ini masih banyak yang dilema. Hendak dibawa kemanakah negri itu.. Hendak jadi negri bebek yang gemar mengikut, ataukah sebuah negri yang mandiri..?

Saat Kasmaran { dulu lho yha...}


Indahnya cinta…
mungkinkah itu terjadi padaku
Hatiku sungguh berbunga…
Semakin jauh semakin kumerindu
Tatkala kurasakan cinta
Selalu kututur namanya
Semerbak wangi parfumnya kian kukenal
Taman cinta mulai melanjau di kalbu
Aku dan dia memang beda, tapi itu bukanlah soal
Gunjingan penyakat tak usahlah dirisau

Sediakah dia bergelut dengan penantian padaku?
Ah, mungkin aku berlebihan….
            Sayang,,,, aku tetaplah yang dulu!
            Menyayangimu selalu ku tak pernah segan…
Disaat senyum dan lirik manjamu buatku begetar
Cinta bergejolak dan seketika kurasakan surga yang nikmat
            Ingin kuulangi kisah itu agar terus berputar
            Saat hadirmu kian menghidupkan semangat.
Meski kini jarak dan ruang telah menyeka
engkau tetaplah yang pertama merayah hatiku
             salam rinduku menghantarmu bahagia dan
            segenggam cinta yang kau tanamkan semakin tumbuh dalam kalbu.


   Ahmad Syaiful Huda

'Hasratnya'

Malu, malu, malu,,
dimanakah kamu? Dia tak tau dimana lagi kamu harus sembunyi.. Mungkin lidahnya mudah berucap, tangan lihai menulis, imajinasi masih tak terbatas, dan juga mimpi bertebaran kemana-mana. Namun kenyataanya, kesuksesan dunia tak semudah dibayangkanya. Masih sulit untuk menggenggam asa dan meraih cita.. Masih sulit untuk menekuklututkan hawa nafsu, dan masih sulit untuk menepis segala kesesatan bujuk rayu. Sungguhkah dirinya ingin berjuang? Sebegitukah gejolak jiwa yang sedang ia alami? Masa remaja membuatnya labil, mudah terbawa arus. Apakah semua kesenangan itu hanyalah cara lain menuju kegagalan? Memang untuk merubah semua dibutuhkan pengorbanan. Sayang sekali dia masih terlalu sayang pada diri sendiri, hingga berat untuk memulai lembaran baru. Ibu, maafkanlah putramu yang telah mengecewakan semua. Putramu yang ceroboh dan masih sukar menghargai waktu. Entah apalagi yang harus ia perbuat.. Tapi yang jelas, mulai hari ini sedikit demi sedikit ia harus merubah semua kebiasaan buruknya,, merehab titik kesalahan fatalnya, dan belajar hargai waktu

Remaja Kita

Memang tak pelak inilah saatnya
bimbang datang dengan girang..
Meracuni setiap pribadi remaja. Bilakah memang termasuk kita..? Masa penuh tak pasti, mau jadi apa nanti.. Sungguh jiwa terombang-ambing transisi.. Saat dimana semua gemar mengeluh, saat dimana semua mencari jati diri,, saat semua menggalakkan motivasi, mencari tokoh sejati untuk diikuti. Dan pada akhirnya mereka yang tangguhlah yang menang.., sedang mereka yang kalah akan menjadi pecundang ! Tuhan, buatlah kemenangan sejati dalam diri, tak hanya terjebak dalam lingkaran lamunan kosong, tapi biarkanlah kita melangkah bak air mengalir.. Pelan, tapi pasti.. Karna saat itulah seringkali frustasi, keputusasaan, dan rapuh pendirian, menghampiri kami.. Tapi disaat itulah semua berproses menuju dewasa ! Jangan kawatir kawan, hadapilah masa kita dengan bijak, itulah medan kita bergelut.. Semoga 'bijak dan dewasa' akan tercermin dalam setiap pribadi kita !

Sekadar renungan kecilku

Gejolak jiwa bertahta dalam diri, mencoba berbenah perbaiki pribadi, apa kurangku, apa lemahku, apa kotorku, akan terus kugali di setiap lini. Hasrat bertakbir untuk berubah, fikiran tak ayal berikan semangat, geliat kalbu pun memberontak nafsu. Enyahlah kau hai kekanakan,,! Kemarilah kau hai kedwasaan,,! Mengikatlah dalam diriku,, kau harus bersatu hadapi kerasnya hidup di tempat ini. Hancurkan resah tunjukan bijak.. Kuyakin kumampu hadapi semua.

Kesehatan

Disaat angin basah menghampiriku, tubuh ini mencoba menangkis dengan segenap daya.. Hujan siang ini menyertakan dingin, Menyeruak ruang dan menyapa setiap orang. 
Diatas ranjang, kumenggigil terbaring 'sakit', sekalipun lamunan kosong masih tetap setia menemani. 
Dipunggung jendela kamar ini, kupandangi hujan yang menangis tiada henti.
Kutermenung sejenak mengambil hikmah ilahi..,

Wahai 'Kesehatan',,,!
Naaslah dirimu.. 
Kau tak dianggap dan tak dijaga saat singgah kepada orang yg selalu sehat.. 
Wahai 'kesehatan',,,! 
Namun masih beruntunglah dirimu,
kau begitu diharapkan kepulanganmu,
setelah perantauanjauhmu dari diri setiap orang yg telah merasakanmu.

Kini kumenyesal tiada guna,
baru saja kau merantau jauh tinggalkan aku.. 
Dulu ketika kau masih setia bersamaku,, 
bahkan sekalipun ku tak memandangimu.. 
Hanyalah kuabaikan, kutelantarkan, dan kubiarkan dirimu tanpa guna..
Namun saat sang 'sakit' menyinggahiku,
dirimu begitu kuidam-idamkan..,
kau kupuja, kau kusesali, dan kunanti kepulanganmu padaku.. 

Wahai 'kesehatan',,,!

Maafkanlah majikanmu yang tak tau diri ini..
Aku mencintaimu, menyayangimu, juga merindukanmu...
Kumohon, kembalilah singgahi majikanmu yg bodoh ini.
Kumohon, berikanlah kesempatan sekali lagi..
Ku tak bisa berjalan, tersenyum, pula hidup tanpamu... 
Menyatulah dengan jiwa, raga, dan fikiranku ini... Kubersumpah untuk menjaga, merawat, menyayangi, dan berkorban untukmu....

Jum'at, 17 Desember 2010

Permata Mimpiku

Mimpi, tidurku kau kuasai lagi
Kau temaniku dalam semu
Kau sajikan ular-ular yang sama,
Tiap sudutku kau penuhi denganya
Dinding pun bisu karnamu..
Takutku terbawa bangun,
Tanda apakah yang akan kau beri?
Fikiran ingin hentikan tanya,
Tapi hasrat ini tak rela.
Ditengah malam...
Tangan menengadah, gelap temani sujud, dan dingin tak henti menyambar.
Namun petunjuk tetap kumohon..
Meski hantu coba tuk merayu,
tetaplah hati tak jenuh berteguh...
Dan kini cahayapun tersenyum
dekati, hampiri, dan peluk aku.
Cerah berlari mengikuti
Dan akupun mulai mengerti.
Pertanda itu buat syukurku bersorak
Karna aku telah tau, ular-ular itulah rizkiku..
Karna aku telah tau, apalah permata mimpiku itu?

1 Desember 2010
Ahmad Syaiful Huda

Susah, Keluarga, dan Keyakinanku


Belum lama hidup berjalan,
Batinku sangat tersiksa…
        Karna profesi,
        Sepertinya diriku telah diborgol
        Oleh ruang dan waktu.
Rindu, betapa sakit ku mengasuhmu
Satu hari bak satu abad
        Ingin sekali menapakkan kaki
        Di depan pintu rumah..
Memeluk, dan mencium ibu
Mungkin setelah itu,,
        Hati sejuk, fikiran jernih, semangatpun berkobar !
Profesi, kutakmau salahkanmu,,
Namun keyakinanku yang salah telah buatku lemah.
        Semuanya, kapankah kita kan berkumpul tertawa?
        Keluarga, tunggulah daku…
Jangan terburu tinggalkan labuh
Siapkanlah armada kita
        Suatu saat aku kan tiba…
        Bawa layar kebahagiaan.
Jangan cemas, nikmatilah untuk kalian.
Disana itu syurga, disini itu neraka.
        Jikalau diriku telah terhempas,,
        Kepakkanlah sayap kalian
        Dan berilah pertolongan padaku.

Ahmaad syaiful huda                                30 0ktober 2010